Wednesday, May 23, 2018

BAHAYA ! Manusia Mati karena Kurang Tidur.

Share it Please
Bisakah manusia mati karena kurang tidur
PIANOPOKER.Pada tahun 2012, seorang lelaki sehat asal Tiongkok berusia 26 tahun ditemukan tewas dalam tidur. Ia diduga meninggal akibat kurang tidur setelah begadang menonton pertandingan sepak bola di televisi selama 11 hari berturut-turut.
Di lain tempat, Randy Gardner juga pernah mencetak rekor dunia tidak tidur selama lebih dari 264 jam saat ia berusia 17 tahun. Hari ini, Gardner masih hidup dalam keadaan sehat di usia 68 tahun.
Meski rekornya terkalahkan menjadi 449 jam oleh orang lain, aksi Gardner tetap kesohor karena diadakan di bawah pengawasan ilmiah.\
Satu yang pasti, percobaan terhadap Gardner membuktikan, kita bisa tetap terjaga selama sekitar 11 hari tanpa perlu menghadapi risiko kematian dini atau risiko kesehatan di masa tua.
Lantas mana yang benar, kita bisa mati karena kurang tidur atau tidak?
Dr. Michael Thorpy dan Dr. Shelby Freedman Harris, dua ahli tidur di Amerika Serikat memaparkan, informasi soal dampak negatif kurang tidur yang selama ini kita tahu sering kali dilebih-lebihkan atau mengabaikan sejumlah penjelasan penting.
Dampak negatif tersebut tidak menyertakan faktor pemicu lain di samping kurang tidur seperti gaya hidup buruk. Jadi, tak heran ketakutan mati karena kurang tidur menjadi kekhawatiran umum banyak pasien insomnia atau mereka yang kurang tidur.
Menyelisik fakta, satu-satunya insomnia yang diketahui bisa berakibat fatal adalah Fatal Familial insomnia (FFI).
FFI merupakan degenerasi neurologis otak dan berhubungan dengan protein abnormal langka yang disebut prion. BANDARQ
Namun, yang jarang dijelaskan, kematian akibat FFI dalam waktu sekitar 7-36 bulan itu lebih disebabkan kegagalan multiorgan ketimbang kurang tidur. Dampaknya pun hanya menyerang kurang dari 60 kasus kematian di antara 27 keluarga yang telah diidentifikasi di seluruh dunia.
Artinya, pengidap insomnia sekalipun tidak berpotensi mati karena kurang tidur.
Terlebih lagi, sejauh ini kurang tidur tak pernah terbukti klinis menyebabkan kematian. Sebagaimana ditulis Slate, data ilmiah mengenai kurang tidur berakibat fatal kebanyakan muncul dari anekdot, penelitian hewan, atau survei medis.
Pada tahun 1898 misalnya, dua ahli fisiologi Italia membuat anjing tetap terjaga dengan terus berjalan selama beberapa minggu hingga mati secara tragis. Kemungkinan penyebabnya adalah degradasi berbagai saraf di otak dan sumsum tulang belakang.
Universitas Chicago pun melakukan penelitian serupa pada tikus pada tahun 1989. Tikus-tikus itu tetap terjaga dan setelah 32 hari semuanya mati, meski peneliti tak bisa memastikan penyebab kematian, studi tikus menunjukkan bahwa kurang tidur berkaitan dengan hipermetabolisme seluruh tubuh.
Percobaan lain juga dilakukan pada tahanan di penjara Guantanamo. Kala itu, interogator CIA dengan sengaja membiarkan para tawanan tetap berdiri dan terjaga selama 11 hari. Menurut laporan, itu adalah metode teraman untuk menekan tahanan agar mau mengaku.
Seberapa amankah kurang tidur?
Sebagaimana percobaan terhadap Gardner, peneliti telah menemukan bahwa sebagian besar efek buruk kurang tidur ternyata bisa dibalik dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.
Jadi, meskipun aman, konsekuensi buruk tetap ada. BANDARQ

Setidaknya tiga hari setelah kurang tidur, Gardner mulai murung dan kehilangan koordinasi. Indra tubuhnya mulai terpengaruh, termasuk kemampuan penciumannya yang berkurang. Dia pun berhalusinasi, mirip orang bermimpi di hari ke lima.
Hal yang paling mengejutkan, analisis aktivitas otak Gardner menunjukkan bahwa otaknya tak sepenuhnya terjaga seperti yang terlihat. Ada beberapa bagian otak yang berhenti untuk memulihkan diri layaknya sedang tidur.
Kondisi itu dikenal sebagai microsleep atau tidur mikro, yakni suatu kondisi neurologis yang dikembangkan manusia secara evolusioner untuk bertahan hidup di masa lalu, mirip dengan kemampuan beberapa burung dan mamalia air.
Microsleep memungkinkan orang tetap beradaptasi dengan keadaan usai melampaui batas waktu tidur di antaranya untuk meningkatkan daya tahan, juga bergerak dalam waktu lama.
Kendati demikian, kurang tidur memang hampir bisa membunuh kita secara tidak langsung, meski tak pernah jelas bagaimana caranya.
Tidur sekitar 4-5 jam sehari telah terbukti dapat mengurangi efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kesalahan, serta memperbesar risiko cedera, kecelakaan kerja dan berpotensi empat kali lebih tinggi mengalami kecelakaan saat berkendara.
Bahkan, jika Anda bisa menghindari kecelakaan, kurang tidur tetap berimplikasi negatif bagi kesehatan.
Satu studi telah menegaskan bahwa orang yang secara konsisten tidur kurang dari enam jam berisiko mati lebih cepat dalam 25 tahun ke depan dibanding yang tidur selama delapan jam.
"Dalam jangka panjang, kurang tidur telah terbukti menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan stroke, serta meningkatnya risiko depresi dan kecemasan," jelas Karyn O'Keefe dari Massey University di Selandia Baru Kepada Science Alert.

Oleh karena itu, mengingat banyak sudah penelitian yang mengungkap bahwa manusia kini kurang tidur berkepanjangan, ada baiknya menghindari risiko dengan cukup tidur dan mengatur pola tidur secara teratur.

BUTUH DANA JUTAAN RUPIAH ? KLIK DI SINI

No comments:

Post a Comment

Followers

Blogroll

Follow The Author